Belajar untuk bersyukur

Belajar untuk Bersyukur

Ibnu Ataillah berkata dalam kitab Al-Hikam : 

مَنْ لَمْ يَعْرِفْ قَدْرَ النِّعَمِ بِوُجْدَانِهَا عَرَفَهَا بِوُجُودِ فُقْدَانِهَا

Siapa yang tidak mengenal nilai kenikmatan ketika adanya kenikmatan itu , maka ia akan mengetahuinya setelah tidak adanya kenikmatan tersebut.

KEBANYAKAN manusia tidak mengerti besarnya nilai sebuah kenikmatan kecuali setelah kenikmatan tersebut hilang darinya. Sebab, kebanyakan manusia lalai di saat mendapatkan kenikmatan.

Orang akan mengetahui betapa mahal dan berharga akan nikmat sehat, ketika datang sakit. orang akan mengetahui betapa berharga akan nikmat hidup, ketika ia sudah meninggal dunia. dan orang akan mengetahui betapa berharga akan masa muda, ketika sudah datang masa tua. oleh karena itu para ahli sufi melatih syukurnya kepada Allah SWT. maka mereka pergi ketiga tempat. pertama, mereka pergi ke penjara, supaya mereka sadar betapa pentingnya yang namanya hidup bebas. kedua, Mereka pergi ke rumah sakit, supaya mereka paham betapa mahal dan berharga nikmat sehat. dan ketiga, Mereka pergi ke kuburan, supaya mereka sadar akan pentingnya menikmati hidup di atas dunia. 

Di saat orang tidak memanfaatkan masa sehat, masa muda serta umur yang singkat di dunia, maka ketika lenyap nikmat tersebut yang ada hanyalah penyesalan. Begitu banyak orang yang sakit berharap jika dia sembuh dia akan memperbanyak waktu untuk beribadah kepada Allah. Ketika datang masa tua, Dia pun menyesal dan ingin kembali ke masa muda untuk memperbanyak melakukan kebaikan serta mengisinya dengan mencari ilmu agama. dan ketika datang ajalnya pun, mereka menyesal sehingga ia ingin kembali ke dunia untuk memperbanyak sedekah dan amal sholeh. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ

Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.

Dari ayat ini marilah sejenak kita merenung, bahwa semua orang pasti akan menyesal. orang soleh, ahli maksiat, apalagi orang kafir. untuk itu،

Mari kita renungkan sebuah hadis Rasulullah Saw yang disampaikan oleh Umar ibn Khattab pernah berkata:

أتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عاشرَ عشرةٍ , فقال رجلٌ من الأنصارِ : من أكيَسُ النَّاسِ وأكرمُ النَّاسِ يا رسولَ اللهِ ؟ فقال : أكثرُهم ذِكرًا للموتِ وأشدُّهم استعدادًا له أولئك هم الأكياسُ ذهبوا بشرفِ الدُّنيا وكرامةِ الآخرةِ .

”Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi Saw lalu salah seorang di antara kami bertanya, ‘Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat’.” (hadits riwayat Ibnu Majah).

Jadi, walau ada seorang sarjana atau bahkan profesor, tapi kalau dia ‘terbius’ dengan dunia atau terlalu cinta dunia sehingga lalai untuk berzikir kepada Allah, sering meninggalkan shalat, banyak maksiat, maka dia bukanlah orang yang cerdas. Terkait hal itu juga, Sahabat Abu Bakar r.a. pernah berujar: “Sungguh kecerdasan yang paling cerdas adalah takwa, dan kebodohan yang paling bodoh adalah maksiat.” (Al-Baihaqi )

Mengapa demikian ? Sebab, takwa akan meringankan pelakunya dari hisab Allah SWT sekaligus memasukkan dirinya ke dalam surga-Nya. Sebaliknya,dosa dan maksiat akan menyulitkan pelakunya dari hisab Allah SWT sekaligus memasukkannya kedalam azab neraka.