Harlah NU dan Kemuliaan di Sisi Allah: Berkhidmah di Posisi yang Allah Tempatkan
Peringatan Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-102 yang diselenggarakan di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lombok Barat berlangsung penuh makna dan semangat kebersamaan. Acara ini menjadi momen penting yang dihadiri oleh berbagai tokoh berpengaruh di Lombok Barat, termasuk Pj Bupati, Sekretaris Daerah (Sekda), pimpinan dan anggota DPRD Lombok Barat, para Dewan Syuriyah, pimpinan pondok pesantren, serta seluruh pengurus PCNU Lombok Barat.
Peringatan Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama bukan hanya momentum mengenang sejarah berdirinya NU, tetapi juga kesempatan untuk merenungkan hakikat pengabdian dan khidmah dalam kehidupan. Dalam Islam, kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak ditentukan oleh jabatan, status sosial, atau profesinya, tetapi oleh sejauh mana ia memberikan manfaat bagi sesama. Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain." (HR. Ahmad)
Hal ini selaras dengan prinsip NU yang mengedepankan nilai khidmah (pengabdian). Para pendiri NU, yakni Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, memahami bahwa setiap umat Islam memiliki ladang pengabdian masing-masing. Ada yang menjadi kiai, guru, petani, pedagang, atau pemimpin, tetapi semuanya bisa mulia jika menjalankan tugasnya dengan niat yang ikhlas dan memberi manfaat bagi umat.
1. Setiap Posisi adalah Amanah
Allah menempatkan hamba-Nya di posisi yang berbeda-beda sesuai dengan takdir dan kemampuan masing-masing. Ada yang berkhidmah sebagai pendidik, yang menyebarkan ilmu untuk mencerdaskan umat. Ada yang menjadi petani, yang bekerja keras agar masyarakat bisa makan dan hidup sejahtera. Ada pula yang menjadi pemimpin, yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya, Dan lain sebagainya.
Maka, apapun posisi kita, selama dijalankan dengan niat yang baik dan penuh tanggung jawab, Allah akan memberikan kemuliaan. NU sendiri selalu menanamkan semangat ini dalam berbagai bidang kehidupan: pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik.
2. Berkhidmah sebagai Jalan Menuju Kemuliaan
Nahdlatul Ulama lahir dengan spirit pengabdian. Para kiai dan santri terdahulu mengajarkan bahwa khidmah adalah salah satu jalan menuju kemuliaan di sisi Allah. Tidak harus menjadi ulama besar untuk mulia, tetapi cukup menjadi orang yang ikhlas dan bermanfaat bagi sesama.
Dalam tradisi NU, kita melihat banyak contoh nyata:
Para guru ngaji di kampung-kampung yang tak dikenal luas, tetapi tulus mendidik generasi muslim.
Para petani yang bekerja keras, tetapi hasilnya menjadi berkah bagi orang banyak.
Para pemuda yang aktif dalam dakwah dan sosial, meskipun tidak mendapatkan sorotan besar.
Mereka semua berada dalam posisi yang berbeda, tetapi sama-sama memiliki peluang meraih kemuliaan karena manfaat yang mereka berikan kepada umat.
3. Harlah NU sebagai Momentum Memperkuat Semangat Khidmah
Setiap Harlah NU menjadi momentum untuk mengingatkan kembali bahwa perjuangan bukan hanya tentang siapa yang lebih terkenal atau berpengaruh, tetapi siapa yang lebih bermanfaat. Kita semua memiliki peran masing-masing dalam membangun umat, dan yang paling penting adalah bagaimana kita mengoptimalkan peran itu demi kemaslahatan bersama.
Mudir Ma'had Darussalam Bermi berkata :
لَا تَخْجَلَنْ مِنْ عَمَلٍ تَسْعَى بِهِ
وَاخْشَ الْهَوَى إِنْ لَمْ تَكُنْ نَافِعًا فِيهِ
"Jangan malu pada pekerjaan yang kau jalani,
Tapi takutlah jika tiada manfaat dalamnya."
Maka, dalam peringatan Harlah NU ini, mari kita tanamkan semangat untuk berkhidmah di posisi yang telah Allah tetapkan bagi kita. Apa pun peran kita, selama kita bekerja dengan niat ikhlas dan memberi manfaat, kita akan menjadi hamba yang mulia di sisi-Nya.
Semoga NU terus menjadi organisasi yang mengajarkan khidmah sebagai jalan hidup, dan kita semua diberikan keistiqamahan dalam berkhidmat untuk umat, bangsa, dan agama.
وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ إِلَى أَقْوَمِ الطَّرِيقِ