Tugas Manusia di Muka Bumi: Ibadah dan Khalifah

Mengaji bersama santri

Tugas Manusia di Muka Bumi: Ibadah dan Khalifah

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah memiliki tanggung jawab besar di muka bumi. Dalam menjalani kehidupan, manusia sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan dan ujian, yang tak jarang memicu munculnya kesalahan. Potensi ini tak terlepas dari adanya nafsu yang dimiliki manusia, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an. Namun, meskipun memiliki potensi untuk salah, manusia juga diberikan petunjuk jelas mengenai apa tugas dan perannya di dunia ini.

Potensi Kesalahan Manusia

Dalam Surah Al-A'raf ayat 179, Allah SWT berfirman :

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Artinya: "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka) Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raf: 179)

Manusia yang mengikuti hawa nafsunya akan terjerumus dalam kesalahan. Ayat ini memperingatkan bahwa ada banyak manusia yang diciptakan untuk neraka karena mereka memiliki hati, mata, dan telinga, tetapi tidak menggunakannya untuk mengenali kebenaran. Mereka seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi, karena tidak mau mengambil pelajaran dari apa yang mereka lihat dan dengar.

Hal ini juga ditegaskan dalam Surah Al-Furqan ayat 43-44, 

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ هَوَاهُ ۚ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا (٤٣) أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا (٤٤)

Artinya: "Sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? Maka apakah kamu akan menjadi pelindung atasnya? (43) Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (daripada binatang ternak itu). (44)" (QS. Al-Furqan: 43-44)

Ayat ini menggambarkan kondisi orang-orang yang mengikuti hawa nafsu mereka tanpa pedoman, seolah-olah menjadikannya sebagai 'tuhan' yang mereka ikuti. Mereka tidak mendengar nasihat, tidak memahami petunjuk, dan akhirnya menjadi lebih sesat dari binatang ternak, karena tidak menggunakan akal dan indera mereka untuk memahami kebenaran.

Tugas Pertama: Ibadah

Tugas utama manusia di muka bumi adalah beribadah kepada Allah. Dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 56, Allah berfirman : 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)

para ulama menyampaikan makna ibadah yakni : 

العبادة هي اسم جامع لما يحبه الله ويرضاه من قول وفعل ظاهرا وباطنا

semua yang menyebabkan allah, cinta dan ridho, baik berupa ucapan maupun perbuatan lahir maupun batin. 

Ini menegaskan bahwa eksistensi manusia di dunia bukanlah tanpa tujuan. Tujuan utamanya adalah untuk beribadah, dalam artian menjalankan segala aktivitas yang sesuai dengan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Selain itu, dalam Surah Al-An'am ayat 162, Allah mengarahkan manusia untuk menjadikan seluruh aspek kehidupannya sebagai ibadah.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya: "Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am: 162)

 Olehkarena setiap aspek kehidupan manusia—baik aktivitas sehari-hari, pekerjaan, maupun interaksi sosial—semua harus berlandaskan pada niat untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Tugas Kedua: Khalifah di Muka Bumi

Selain beribadah, manusia juga diberikan amanah besar untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 30, Allah menyebutkan dialog-Nya dengan para malaikat sebelum menciptakan manusia. Allah berfirman : 

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.' Mereka berkata, 'Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?' Tuhan berfirman, 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'" (QS. Al-Baqarah: 30)

Amanah ini ditegaskan lagi dalam Surah Al-Ahzab ayat 72, di mana Allah menyebutkan bahwa langit, bumi, dan gunung-gunung enggan menerima amanah, tetapi manusia bersedia memikulnya. Amanah ini mencakup segala tanggung jawab moral dan spiritual, di mana manusia diharapkan untuk menegakkan hukum Allah, menjaga kedamaian, dan mencegah kerusakan di muka bumi. Allah berfirman : 

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh." (QS. Al-Ahzab: 72).

Rasulullah saw bersabda :

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: "كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ"

Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda, 'Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa setiap individu, tanpa memandang status atau jabatan, memiliki tanggung jawab dalam kepemimpinan. Baik dalam konteks keluarga, masyarakat, atau tempat kerja, setiap orang diharapkan untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab. Ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran akan tanggung jawab sosial dan moral dalam menjalani kehidupan.